Deduksi dan Induksi
Pengertian Deduksi
Deduksi berasal dari
bahasa inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan
dari keadaan-keadaan umum, menemukan yang khusus dari yang umum. (Kamus umum
bahasa Indonesia hal. 273 W.J.S. Poerwadarminta, Balai pustaka, 2006).
Deduksi adalah cara
berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang
bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan
pola pikir silogisme yang secara sederhana digambarkan sebagai penyusun dua
buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogisme
disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis
minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif
berdasarkan kedua premis tersebut.
Metode berpikir deduktif
adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk
seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Deduksi
Deduksi adalah proses
pemikiran di dalamnya akal kita dari pengetahuan yang umum untuk menyimpulkan
pengetahuan yang lebih khusus atau proses berpikir dari hal yang bersifat umum
menuju pada hal yang bersifat khusus seperti:
·
Semua makhluq yang bernyawa pasti mati
·
Manusia adalah makhluq yang bernyawa
·
Tumbuhan adalah makhluq yang bernyawa
·
Hewan adalah makhluq yang bernyawa
·
Jadi, Manusia, Tumbuhan, Hewan pasti akan mati
Penalaran Deduksi
mempunyai dua sistem adalah sebagai berikut :
1. Sistem Tertutup
Dalam pembahasan ini ada
beberapa contoh jalan pikiran deduksi ;
a)
Gambar ini adalah sebuah Jajaran Genjang, jadi sisi-sisinya yang
berhadapan itu sama.
Ini merupakan contoh pemikiran deduksi kalau kita berpangkal dari
defenisi Jajaran Genjang (Empat segi sisi yang berhadapan sejajar) serata
,merima semua dalil dan batasan tentang garis lurus dan garis sejajar, maka
denga satu rangkaian langkah-langkah dapat di buktikan bahwa sisi yang
berhadapan itu sama. Dalam contoh ini semua premis (titik pangkal atau data
yang di ketahui) di rumuskan dalam istilah Jajaran Genjang, dan kesimpulan yang
di tarik adalah pasti dan tak perlu di ragukan lagi.
b)
Jumlah ketiga sudut sebuah segi tiga adalah 180 derajat, jadi
jumlah sudut-sudutnya sama dengan 180 derajat. Kesimpulan ini pun pasti tidak
di ragukan lagi. Tak akan ada pengaruh dari luar yang dapat menggoyakan
kepastian kesimpulan terfsebut.
2. Sistem Terbuka
Suatu kesimpulan itu
pasti apabila kita tau dengan positif dan tanpa ragu-ragu, bahwa kesimpulan
yang di tarik adalah benar dan bahwa kesimpulan atau ucapan yang mengatakan
sebaliknya itu salah.
Contoh :
Jangan berenang di air
yang sekotor ini. Nanti terkena penyakit kulit.
Ini jelas merupakan
suatu jalan Induksi. Dari pengalaman sendiri atau orang lain di tariklah suatu
kesimpulan yang umum : berenang di dalam air yang kotor menyebabkan penyakit
kulit. Apakah pasti setiap orang akan kena penyakit? Mungkin, Tetapi, Belum
tentu !
Pengertian Induksi
Induksi adalah cara
mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk
menemukan hukum. (Kamus umum bahasa Indonesia hal. 444 W.J.S. Poerwadarminta,
Balai pustaka, 2006).
Induksi adalah ilmu
eksakta mengumpulkan data – data dalam jumlah tertentu, dan atas dasar itu
menyusun suatu ucapan umum. Observasi dan eksperimen dilakukan untuk mengenai
gejala-gejala dengan tepat dan saksama, sedang hipotesis dan induksi membuat
rumusan dari hukum-hukumnya.
Metode berpikir induktif
dimana cara berpikir dilakukan dengan cara menarik suatu kesimpulan yang
bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Untuk itu,
penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan
yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi
yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Induksi
Induksi adalah
proses berpikir di dalam akal kita dari pengetahuan tentang kejadian atau
pristiwa-pristiwa dan hal-hal yang lebih kongkrit dan khusus untuk menyimpulkan
pengetahuan yang lebih umum seperti :
·
Besi di panaskan memuai
·
Seng di panaskan memuai
·
Emas di panaskan memuai
·
Perak di panaskan memuai
·
Besi, Seng, Emas dan Perak adalah logam
Cara penalaran Induksi
ada dua keuntungan adalah sebagai berikut :
1.
Kita dapat berpikir secara ekonomis meskipun ekperimen kita
terbatas pada beberapa kasus
indivudual
2.
Pernyataan yang di hasilkan melalui cara berpikir Induksi
memungkinkan proses penalaran
selanjutnya
baik secara Induktip dan Deduktip
Ada dua macam Induktif
adalah sebagai berikut :
a)
Induksi sempurna
Jika putusan umum itu merupakan penjumlahan dari putusan khusus,
maka Induksi itu sempurna misalnya :
Jika dari masing-masing Mahasiswa pada suatu Fakultas, diketahui
bahwa ia warga Negara Indonesia. Maka dapat diadakan putusan (umum) semua
Mahasiawa Fakultas itu warga Negara Indonesia.
b)
Induksi tidak Sempurna
Jika putusan umum dari Induksi yang bukan merupakan penjumlahan,
melainkan seakan-akan loncatan dari yang khusus kepada yang umum, itulah
Induksi yang tidak sempurna.
Induksi tidak sempura ada dua macam lagi demi sifat yang di
milikinya dalam kekuatan putusan yang ternyata :
1.
Dalam ilmu alam (sciences) utusan yang tercapai melalui Induksi
tidak sempurna berlaku umum, mutlak, jadi tak ada kecualinya. Hukum air
mengenai pembekuannya tak mengizinkan pengecualiannya. Tidak ragu-ragu ilmu
berani meramalkan tentang pembekuan itu.
2.
Ketika ilmu mempunyai objek yang terjadi bisa kena pengaruh dari
manusia yang sedikit banyaknya dapat ikut menentukan kejadian-kejadian yang
menjadi pandangan Ilmu, maka pula hal lainnya. Ilmu tersebut di namakan Ilmu
sosial serta objek penyelidikannya terpengaruhi oleh kehendak manusia.
Perbedaan penalaran
Deduksi dan Induksi
DEDUKSI
|
INDUKSI
|
Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar
|
Jika premis benar, kesimpulan mungkin benar, tapi tak pasti
benar.
|
Semua informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada,
sekurangnya secara implisit, dalam premis.
|
Kesimpulan memuat informasi yang tak ada, bahkan secara
implisit, dalam premis.
|
Dari table diatas dapat ditarik kesimpulan yaitu, perbedaan antara
berpikir induktif dan berpikir deduktif; berpikir induktif adalah menarik
pernyataan yang didasarkan pada hasil-hasil pengamatan, sedangkan berpikir
deduktif adalah penarikan pernyataan yang didasarkan pada hukum dan teori.
Sumber
:
·
Muslih, Mohammad. 2008. Filsafat
Ilmu. Yogyakarta: Belukar
·
Soetriono. 2007. Filsafat
Ilmu. Yogyakarta: Andi
·
S. Suriasumantri, Jujun. Filsafat
Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
·
Susanto. 2011. Filsafat
Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara
·
Bakhtiar, Amsal. 2007. Filsafat
Ilmu. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
·
Ihsan, Fuad, 2010. Filsafat
Ilmu. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
·
H. Mundiri.2005.Logika. Jakarta :
Raja Grafindo Persada
·
Poedja Wijatna. 1994. Logika
Pilsafat Berfikir.Jakarta : Rineka Cipta
·
Poepo Praja. 1995. Logika Ilmu
Menalar. Jakarta : Raja Grafika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar